Senin, 19 November 2012


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
     
      Rickettsia adalah spesies yang dibawa oleh banyak kutu dan menyebabkan penyakit pada manusia seperti tipus, rickettsialpox, demam Boutonneuse, demam gigitan kutu Afrika, melihat demam Rocky Mountain, Australia Tick Tifus, Pulau Flinders Spotted Demam tifus dan Queensland tick.  Mereka juga telah dikaitkan dengan berbagai penyakit tanaman. Seperti virus, mereka hanya tumbuh di dalam sel-sel hidup. Nama tersebut rickettsia sering digunakan untuk setiap anggota Rickettsiales. Mereka dianggap sebagai kerabat yang tinggal terdekat dengan bakteri yang asal dari organel mitokondria yang ada di dalam sebagian besar sel eukariotik.

1.2  Rumusan Masalah
1.    Apakah definisi Rickettsia ?
2.    Bagaimana morfologi dan klasifikasi  Rickettsia prowazekii, Rickettsia typhi, Rickettsia tsutsugamushi, dan Rickettsia akari ?
3.    Bagaimana patogenesis dan patologi Rickettsia prowazekii, Rickettsia typhi, Rickettsia tsutsugamushi, dan Rickettsia akari?
4.    Bagaimana gambaran klinik dari Rickettsia prowazekii, Rickettsia typhi, Rickettsia tsutsugamushi, dan Rickettsia akari ?
5.    Bagaimana uji lab diagnostik pada  Rickettsia prowazekii, Rickettsia typhi, Rickettsia tsutsugamushi, dan Rickettsia akari ?
6.    Bagaimana resistensi dan imunitas dari penyakit yang ditimbulkan oleh Rickettsia prowazekii, Rickettsia typhi, Rickettsia tsutsugamushi, dan Rickettsia akari ?
7.    Apa penyakit yang ditimbulkan pada manusia oleh Rickettsia prowazekii, Rickettsia typhi, Rickettsia tsutsugamushi, dan Rickettsia akari ?
8.    Bagaimana pengobatan dari penyakit yang ditimbulkan oleh Rickettsia prowazekii, Rickettsia typhi, Rickettsia tsutsugamushi, dan Rickettsia akari ?
9.    Bagaimana epidemiologi , pencegahan dan pengendalian dari Rickettsia prowazekii, Rickettsia typhi, Rickettsia tsutsugamushi, dan Rickettsia akari ?


1.3  Tujuan
1.    Untuk mengetahui definisi Rickettsia.
2.    Untuk mengetahui morfologi dan klasifikasi  Rickettsia prowazekii, Rickettsia typhi, Rickettsia tsutsugamushi, dan Rickettsia akari.
3.    Untuk mengetahui patogenesis dan patologi Rickettsia prowazekii, Rickettsia typhi, Rickettsia tsutsugamushi, dan Rickettsia akari.
4.    Untuk mengetahui gambaran klinik dari Rickettsia prowazekii, Rickettsia typhi, Rickettsia tsutsugamushi, dan Rickettsia akari.
5.    Untuk mengetahui uji lab diagnostik pada Rickettsia prowazekii, Rickettsia typhi, Rickettsia tsutsugamushi, dan Rickettsia akari.
6.    Untuk mengetahui resistensi dan imunitas dari Rickettsia prowazekii, Rickettsia typhi, Rickettsia tsutsugamushi, dan Rickettsia akari.
7.    Untuk mengetahui penyakit yang ditimbulkan pada manusia oleh Rickettsia prowazekii, Rickettsia typhi, Rickettsia tsutsugamushi, dan Rickettsia akari.
8.    Untuk mengetahui pengobatan yang dilakukan dari penyakit yang ditimbulkan oleh Rickettsia prowazekii, Rickettsia typhi, Rickettsia tsutsugamushi, dan Rickettsia akari.
9.    Untuk mengetahui epidemiologi, pencegahan dan pengendalian dari Rickettsia prowazekii, Rickettsia typhi, Rickettsia tsutsugamushi, dan Rickettsia akari.














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rickettsia
     Rickettsia merupakan bakteri yang patogen kepada manusia. Bakteri yang sangat kecil selalu terdapat dalam sel endotel pembuluh darah kecil. Rickettsia merupakan parsit obligat intra celuler. Mengandung asam-nukleat (RNA,DNA). Berkembang biak dengan membelah biner.
     Penyakit rickettsia atau tifus adalah berbagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri familia Rickettsiae. Penyakit ini disebarkan oleh arthropoda, khususnya kutu, tungau, dan caplak. Tiga jenis tifus utama adalah tifus epidemik, tifus endemik, dan tifus belukar. Jenis lain tifus yang juga sering ditemukan adalah penyakit Brill-Zinsser, yang merupakan tifus epidemik dan penyakit Brill-Zinsser disebabkan oleh Bakteri Rickettsia prowazekii. Tifus epidemik disebarkan oleh kutu badan. Tifus endemik disebabkan oleh bakteri Rickettsia typhi, yang disebarkan oleh kutu. Tifus belukar disebabkan oleh bakteri Rickettsia tsutsugamushi, dan disebarkan oleh tungau dan caplak. Jenis tifus lainnya antara lain demam berbintik gunung Rocky, Rickettsialpox, demam Boutonneuse, tifus caplak siberia, tifus caplak Australia, dan demam berbintik Oriental.

2.2  Rickettsia Prowazekii
     Rickettsia prowazekii adalah bakteri kecil yang merupakan parasit intraseluler obligat dan ditularkan ke manusia melalui arthropoda. Rickettsia prowazekii ini dapat menimbulkan penyakit tifus epidemik yang dapat menyebabkan kematian, penyakit ini ditandai dengan gejala-gejala klinis antara lain: demam, sakit kepala, sangatlemah, lesu, kelainan di kulit, dan pembesaran limpa serta hati. Penyakit tifus epidemik ini dapat diobati dengan pemberian obat tetrasiklin dan kloramfenikol, selain itu juga diberikan antibiotik untuk menekan pertumbuhan bakteri tersebut. Pencegahan penyakit ini dilakukan dengan pemutusan rantai infeksi, imunisasi, dan menjaga kebersihan lingkungan dan diri sendiri.







2.2.1  Morfologi
        Rickettsia prowazekii berbentuk pleomorfik karena dapat tampak sebagai bentuk batang ataupun kokus, merupakan bakteri aerob, berukuran 1-0,3 mikron, bersifat Gram negatif di mana dinding selnya terdiri dari peptidoglikan yang mengandung asam muramat, merupakan parasit intraseluler obligat. Bakteri ini dapat tunggal, berpasangan, membentuk rantai pendek, atau filamen. Bila diwarnai, bakteri ini dengan mudah dapat terlihat di bawah mikroskop cahaya. Dengan pewarnaan Giemsa, bakteri ini tampak biru; dengan pewarnaan Macchiavello,bakteri ini tampak merah, dan kontras dengan sitoplasma berwarna biru yang mengelilingi bakteri ini.

2.2.2  Klasifikasi

Kingdom    : Bacteria
Phylum       : Proteobacteria
Class           : Alpha Proteobacteria
Order          : Rickettsiales
Family         : Rickettsiaceae
Genus         : Rickettsia
Species        : Rickettsia prowazekii

        Rickettsia prowazekii bukan termasuk virus melainkan tergolong bakteri, karena rickettsia mempunyai sifat-sifat yang sama dengan bakteri antara lain : mengandung asam nukleat yang terdiri dari RNA dan DNA, berkembang biak dengan pembelahan biner, dinding sel mengandung mukopeptida, mempunyai ribosom, mempunyai enzim yang aktif pada metabolisme, dihambat oleh obat-obat antibakteri dan dapat membentuk ATP sebagai sumber energi.

2.2.3 Patogenesis

        Infeksi terjadi pada saluran pencernaan . Basil diserap usus halus melalui pembuluh limfe à peredaran darah à organ-organ terutama hati dan limpa à Basil yang tidak hancur berkembang biak pada organ tsb sehingga membesar dan menimbulklan nyeri pada perabaan à Basil. masuk kembali peredaran darah (bakteriemia) à menyebar keseluruh tubuh èterutama kekelenjer limfoid usus halus à menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada permukoan mucosa à perdarahan dan perforasi usus à gejala demam (akibat endotoksin ) dan gejala saluran pencernaan (akibat kelainan pada usus).

2.2.4 Patologi
        Tifus (exanthematicus tifus) – Setelah inkubasi, yang berlangsung selama 10-14 hari mengarah pada munculnya gatal-gatal dan kondisi tifoznog parah. Penyakit ini dimulai tiba-tiba dengan menggigil, menggigil, sakit kepala mual, dan muntah. Ada rasa sakit di semua otot dan sendi, suhu mencapai 39-40 derajat, pasien terlihat wajah merah dan mata, kulit hangat, kering, merah, lidah kering, pecah-pecah. Berikutnya adalah kedua, tifozni tahap ditandai oleh negara-tifoznim mengoceh sakit,, terganggu mudah tersinggung, agresif, dengan episode depresi. Javalja ruam, yang kehilangan tekanan, dan ada wajah, tangan dan kaki, pembesaran hati dan limpa. Tahap ini berlangsung 12-14 hari, dan pemulihan setelah 20-30 hari.
        Brill-Zinsser penyakit (tifus diperbarui) – terjadi pada orang yang memiliki tifus sudah preležali. Penyakit ini dimulai tiba-tiba dengan demam tinggi, nyeri otot dan nyeri sendi, sakit kepala parah dan insomnia. Semua gejala ini berlangsung selama 5-6 hari selama waktu itu otot-otot di daerah ruam tampaknya menyebar ke dada dan punggung, tetapi tidak ekstremitas bawah. Pasien tenang dan komunikatif seperti berkembang tifozni di atas panggung.
2.2.5 Gambaran Klinik
        Penyakit yang ditimbulkan oleh Rickettsia prowazekii ini adalah tifus epidemik, dengan gambaran klinik yaitu demam, sakit kepala, sangat lemah, lesu, pembesaran limpa serta hati, dan kelainan di kulit. Pada tifus epidemik ini terjadi infeksi sistemik yang berat disertai perasaan amat lemah dan demam selama 2 minggu. Pada penderita berusia di atas 40 tahun penyakit akan berakibat lebih parah dan fatal.

2.2.6 Uji Lab Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium
1.    Pemeriksaan yang berguna untuk menyokong diagnosis :
a)    Pemeriksaan darah tepi. Terdapat gambaran leukopenia limfositisis relatif dan aneosinofilik pada. Permulaan sakit, anemia dan trombositopenia ringan.
b)   Pemeriksaan sumsum tulang. Terdapat gambaran hiperaktif RES dengan adanya makrofag, sedangkan sistem eritropoeisis, granulopoesis dn trombopoesis berkurang.
2.    Pemeriksaan laboratorium untuk membuat diagnosis dilakukan pada saat penderita masuk dan setiap minggu berikutnya.
a)      Biakan Empedu. Basil ditemukan pada darah pada minggu kedua sakit, kemudian dapat ditemukan pula pada urin dan feses.
b)      Pemeriksaan Widal dasar pemeriksaan yaitu reaksi aglutinasi, positif jika terjadi aglutinasi.

2.2.7   Resistensi dan Imunitas
        Kerentanan dan kekebalan: Semua orang rentan terhadap penyakit ini. Satu serangan dapat menimbulkan kekebalan yang dapat bertahan lama. Bakteri ini juga resisten terhadap tiga atau lebih dari obat lini kedua pengobatan.


2.2.8   Penularan
        Penularan penyakit tifus epidemik ini terjadi pada waktu arthropoda menghisap darah mamalia yang telah terkena infeksi. Selain itu dapat juga terjadi penularan dari arthropoda ke arthropoda lewat telur yang telah terinfeksi (transovarium).
 à Gambar arthropoda







2.2.9   Penyakit pada Manusia
        Penyakit yang disebabkan oleh Rickettsia Prowazekii adalah penyakit endemic thypus. Ditularkan oleh Pediculus humanus (kutu manusia).
Gejala penyakitnya berupa demam, sakit kepala, sakit punggung, anorexia, dan malaise. Ruam di kulit biasanya muncul pada hari ketiga sampai ketujuh. Dimulai dari daerah axial (ketiak) menyebar ke perut, dada, punggung, terakhir ke kaki dan lengan.
        Lesi yang terjadi pada endhotel kapiler menyebabkan terjadinya thrombosis dan perdarahan. Lesi ini terutama mengenai kapiler pada kulit, susunan syaraf pusat dan otot jantung. Komplikasi yang sering terjadi adalah Bronchopneumonia dan Nephritis. Angka kematian antara 5 – 40 %.
        Penyakitnya banyak berjangkit di kalangan masyarakat yang hygiene pribadinya buruk, jarang mandi, pakaian tidak dicuci dan sanitasi lingkungan yang buruk.
2.2.10    Pengobatan
Pengobatan yang diberikan pada penyakit tifus epidemik akibat dari bakteri rickettsia prowazekii ini antara lain :
·      Pemberian tetrasiklin dan kloramfenikol
Kedua obat tersebut merupakan obat yang efektif bila diberikan secara dini. Obat ini diberikan melalui mulut setiap hari, diteruskan selama 3-4 hari setelah suhu normal. Pada penderita berat, dosis permulaan dapat diberikan secara intrafena.
·      Pemberian antibiotic
Antibiotik tidak membebaskan tubuh dari rickettsia prowazekii tetapi dapat menekan pertumbuhan bakteri tersebut. Penyembuhan bergantung pada mekanisme kekebalan penderita yang pada umumnya memerlukan waktu 2 minggu untuk dapat mencapai suatu tingkat yang mampu menekan rickettsia prowazekii tersebut.
2.2.11    Epidemiologi, Pencegahan dan Pengendalian
     Rickettsia prowazekii mempunyai siklus hidup yang terbatas pada manusia dan tuma manusia (Pediculus humanus corporis dan Pediculus humanus capitis). Tuma memperoleh rickettsia pada waktu menggigit manusia yang terinfeksi. Karena darah yang dihisap oleh tuma sudah terinfeksi maka sel-sel usus akan terkena infeksi dan rickettsia berkembangbiak di dalamnya, sewaktu sel pecah rickettsia keluar dan tercampur dengan tinja tuma. Sambil menghisap darah tuma mengeluarkan tinja. Gigitan tuma menimbulkan rasa gatal, sewaktu hospes menggaruk, tinja infeksius secara tidak sengaja masuk dalam luka gigitan dan menimbulkan infeksi pada hospes. Bila tuma menggigit pada saat yang sama dia berdefekasi. Pada saat orang tersebut menggaruk daerah gigitan tuma, hal tersebut memungkinkan rickettsia yang diekskresi dalam tinja menembus kulit orang tersebut. Akibat infeksi tersebut tuma mati, tetapi organisme tetap hidup selama beberapa waktu dalam tinja kering tuma tersebut.



·      Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan memutuskan rantai infeksi, menjaga kebersihan lingkungan dan diri sendiri, dan imunisasi atau pemberian antibiotik.
1.   Pemutusan rantai infeksi
Rantai infeksi dapat diputus dengan membasmi tuma dengan insektisida.
2.   Menjaga kebersihan
Menjaga kebersihan baik dari lingkungan maupun diri sendiri, misalnya jangan membiarkan banyak pakaian kotor yang tergantung di kamar karena dapat dijadikan sarang tuma, lalu menggunakan obat gosok untuk mencegah gigitan arthopoda.
3.   Imunisasi
Imunisasi aktif dilakukan dengan menyuntikkan antigen yang dibuat dari kantong kuning telur embrio ayam yang terinfeksi/ dari biakan sel yang diolah dengan formalin. Pada umumnya rickettsia dapat dimatikan dengan cepat pada pemanasan  dan pengeringan atau oleh bahan-bahan bakterisid.
·      Pengendalian
Penghancuran segera setelah vektor dengan insektisida penting dalam pengendalian epidemi. Debu yang mengandung ekskreta kutu yang terinfeksi mampu menularkan tifus, dan harus ditangani dengan cermat untuk mencegah inhalasinya. (Behrman Klirgman Arvin, hal : 1180)

2.3    Rickettsia Typhi

     Salah satu bakteri yang menyebabkan penyakit typhus ialah Rickettsia typhi. Penyakit typhus yang disebabkan oleh bakteri ini dapat ditemukan di berbagai belahan dunia.

2.3.1  Morfologi

        Rickettsia typhi adalah bakteri intraselular obligat berukuran kecil, di mana morfologi dinding selnya menunjukkan bahwa bakteri ini merupakan bakteri gram negatif berbentuk basil. Bakteri ini memiliki membran luar dan lapisan murein yang tipis. Murein adalah polimer yang ditemukan pada dinding sel dari organisme prokaryotik. Lipopolisakarida yang merupakan ciri bakteri gram negatif dapat ditemukan dengan jelas pada membran luarnya. Kelompok rickettsia penyebab typhus memiliki ciri yaitu dinding selnya berisi limpahan lipopolisakarida serta protein pada membran luarnya tersusun oleh OmpB atau protein antigen spesifik (SPA). Secara umum R. typhi telah meningkatkan berbagai karakteristik yang berguna bagi intrasitosolnya untuk memperoleh ATP, asam amino, gula, dan produk-produk metabolisme yang lain dari sel inang.

2.3.2   Klasifikasi

Kingdom    : Bacteria
Phylum       : Proteobacteria
Class           : Alpha Proteobacteria
Order          : Rickettsiales
Family         : Rickettsiaceae
Genus         : Rickettsia
Species        : Rickettsia typhi

Secara filogenetik bakteri ini termasuk anggota subkelompok alfa dari Proteobacteria, R. typhi bersama dengan Rickettsia prowazekii dimasukkan ke dalam kelompok rickettsia penyebab typhus.

 à gambar R.typhi



2.3.3   Patogenesis

        Rickettsia typhi bersimbiosis dengan vectornya yang merupakan salah satu jenis arthropoda, yaitu kutu tikus (Xenopsylla cheopis). Hal ini dikenal dengan siklus zoonotik. R. typhi memperoleh bahan makanan dari darah yang diambil oleh spesies inang. R. typhi masuk dan tumbuh di dalam sel epitel usus dari kutu dan keluar bersama dengan tinja yang dikeluarkan kutu. R. Typhi yang berada pada tinja dari kutu tersebut menjangkiti tikus dan manusia melalui inokulasi intrakutan dengan penggarukan kulit, atau perpindahan oleh jari ke dalam membran lendir. Selain itu bakteri ini juga mampu menjangkiti manusia dan tikus melalui gigitan oleh kutu tikus tersebut. R. typhi tidak menyebar secara efektif ke sel-sel lainnya sampai pertumbuhannya di dalam sel inang (yang dilakukan secara pembelahan biner) telah selesai melakukan penggandaan jumlah bakteri, yang pada akhirnya membuat sel inang retak dan pecah serta membebaskan sejumlah besar R. typhi. Penggandaan diri oleh mikroba ini terutama terjadi di jaringan endothelium. Kehancuran sel endothelial menyebabkan kerusakan jaringan, organ, dan kehilangan darah.

2.3.4   Patologi

        Rickettsia typhi dapat ditansmisikan ke host oleh gigitan arthropoda terinfeksi (centang atau kutu) atau melalui kotoran dari carrier, menyebabkan tifus. Pada manusia, tifus menyebabkan demam, menggigil, sakit kepala, dan nyeri umum. Dalam jaringan endothelium, mikroba membagi dan mentransmisikan infeksinya. Mikroba terakumulasi, maka host sel mengalami pemecahan dan melepaskan banyak rickettsia. Kerusakan sel endothel menyebabkan kerusakan jaringan, organ, dan kehilangan darah. Kadang ditemukan ruam pada tubuh. Penyakit ini didiagnosis melalui tes darah. Antibiotik dibuat untuk memasuki host sel dan membantu mengurangi efek dari R.typhi.





2.3.5   Gambaran Klinik

        Rickettsia typhi adalah penyebab dari typhus endemik. Gejala tifus endemik berkembang dalam waktu sekitar 1-2 minggu setelah infeksi awal dan mungkin termasuk demam tinggi (sekitar 105 M), sakit kepala, malaise, mual, muntah, diare, dan ruam yang mulai sekitar empat sampai tujuh hari di dada dan perut setelah gejala awal di atas berkembang; ruam sering menyebar. Beberapa pasien juga mungkin memiliki batuk dan perut, nyeri sendi, dan punggung. Gejala dapat berlangsung selama sekitar dua minggu, dan komplikasi pembatasan atau kematian (kurang dari 2% meninggal), gejala mereda.

2.3.6   Uji Laboratorium Diagnostik
        Pada pasien typhus endemik yang disebabkan bakteri R.typhi ini, menunjukkan hasil tes darah :
·      Rendah kadar sodium
·      Rendah kadar albumin
·      Enzim di dalam liver meningkat tajam
·      Terjadi keluhan disekitar ginjal
·      Antibodi yang dihasilkan sangat tinggi

2.3.7   Resistensi dan Imunitas
Kerentanan dan kekebalan: Semua orang rentan terhadap infeksi penyakit ini, infeksi menimbulkan kekebalan.

2.3.8   Penyakit pada Manusia
        Rickettsia typhi adalah penyebab dari typhus endemik. Infeksi ini menyebabkan sakit kepala, demam, rasa menggigil (kedinginan) dan dapat menyebabkan penyakit multisistem, termasuk infeksi pada liver, ginjal, dan jantung. Efek patologis lainnya yang ditimbulkan Rickettsia typhi ialah meningoencephalitis, kudis, pneumonia yang menyebabkan sindrom gangguan pernapasan pada beberapa penderita, perluasan luka vaskuler, dan kematian yang jumlahnya kira-kira 1% dari kasus yang terjadi. Typhus endemik lebih lazim terjadi di wilayah kota atau daerah padat penduduk. Selain itu, Meskipun typhus dapat ditemukan secara luas di seluruh dunia, namun penyakit ini lebih sering terjadi di daerah pantai yang suhunya hangat. Penyakit typhus biasanya dijumpai di daerah dengan kondisi kesehatan lingkungan yang buruk. Typhus endemik (murine typhus) sendiri kurang berbahaya jika dibandingkan dengan typhus yang disebabkan oleh R.prowazekii.

 à gambar penyakit yang disebabkan R.typhi

2.3.9   Pengobatan

        Penyakit yang disebabkan oleh R.typhi didiagnosis lewat tes darah. Antibiotik yang dibuat bertujuan untuk dapat memasuki sel inang dan membantu mengurangi efek R. typhi maupun R.typhi itu sendiri. Beberapa pengobatan/obat yang telah dibuat adalah doxycycline, tetracycline dan chloramphenicol.
1.      Dapatkan segera pertolongan dokter atau petugas kesehatan terdekat.
2.      Berikan chloramphenicol untuk orang dewasa: dua kapsul @ 250 mg 4 kali sehari. Jika tidak ada chloramphenicol, gunakan ampicilin atau tetracycline.
3.      Turunkan panasnya dengan dengan kain basah yang dingin
4.      Berikan cairan yang banyak; sup, sari buah, dan minuman untuk mengembalikan cairan dalam tubuh.
5.      Berikan makanan yang bergizi, kalau perlu dalam bentuk cairan.
6.      Penderita harus tinggal di tempat tidur sampai panasnya hilang sama sekali
7.      Jika penderita batuk darah atau timbul tanda-tanda peradangan pada selaput perut, ia harus segera dibawa ke rumah sakit.

2.3.10    Epidemiologi, Pencegahan dan Pengendalian
·       Epidemiologi
                        Rickettsia typhi bersumber pada tikus, di mana infeksi tidak nyata dan berlangsung lama. Kutu tikus membawa rickettsia dari tikus ke tikus, dan kadang-kadang dari tikus ke manusia, yang menimbulkan tifus endemik. Kutu kucing dapat berperanan sebagai vektor. Pada tifus endemik, kutu tidak dapat menghantarkan rickettsia secara transovarial.
·      Pencegahan
1.    Mengindarkan diri dari hal-hal kotor seperti pencemaran air dan makanan oleh kotoran manusia. Pastikan jamban keluarga terletak jauh dari tempat penduduk mengambil air minum.
2.    Memberi perhatian khusus pada kebersihan air minum, terutama saat banjir.
3.    Penderita harus tinggal di kamar terpisah untuk mencegah penyebaran tifus perut. Kotorannya harus dibakar atau dikubur di dalam lubang yang dalam. Orang yang merawatnya harus membasuh tangan segera sesudahnya.
4.    Setiap orang yang pernah menderita tifus harus memberikan perhatian tambahan terhadap kebersihan perorangan dan tidak boleh bekerja di rumah makan atau di tempat-tempat pengolahan makanan.
·      Pengendalian
Mengontrol reservoir binatang pengerat berguna dalam mencegah infeksi. Vaksin tidak tersedia.

2.4    Rickettsia Tsutsugamushi
2.4.1 Morfologi
        Perubahan morfologi berurutan dari permukaan L-sel setelah infeksi Rickettsia tsutsugamushi (Gilliam strain) telah diperiksa dengan memindai mikroskop elektron dan ruthenium teknik pewarnaan merah. Adherence of inoculated rickettsiae to the host-cell surface and their engulfment by the cell were seen at 30 min and have still proceeded at 24 hr post infection (pi). Kepatuhan rickettsiae diinokulasikan pada permukaan sel inang dan terperosok mereka dengan sel terlihat pada 30 menit dan telah masih berjalan pada 24 jam pasca infeksi (pi). Progeny rickettsiae which were lifting up the host cell membrane by budding were observed on the cell surface at 48 hr pi The budding of rickettsiae increased gradually in time and, at 96 hr after infection, covered almost the all host-cell surface except of the cell margin. Progeni rickettsiae yang mengangkat membran sel inang oleh pemula diamati pada permukaan sel pada 48 jam pi Para pemula dari rickettsiae meningkat secara bertahap dalam waktu dan, pada 96 jam setelah infeksi, meliputi hampir semua host-sel permukaan kecuali sel margin. Numerous microvilli observed on the surface of uninfected L-cells decreased gradually pi; they had almost disappeared when progeny rickettsiae occurred. Mikrovili banyak diamati pada permukaan sel L tidak terinfeksi menurun secara bertahap pi, mereka hampir menghilang ketika rickettsiae keturunan terjadi. Ruthenium red staining specimens clearly showed that the budding rickettsiae were surrounded with the host cell membrane. Rutenium merah spesimen pewarnaan jelas menunjukkan bahwa rickettsiae pemula dikelilingi dengan membran sel inang. The following layers were distinguished from outside on: (1) ruthenium red positive fuzzy coat (25 nm thick); (2) a triple-layered cell membrane (5-6 nm); (3) outer and inner leaflets of the rickettsial cell-wall (7-8 nm and 2-2.5 nm, respectively); (4) periplasmic space (15-20 nm); (5) a triple-layered rickettsial cytoplasmic membrane (5-6 nm). Lapisan berikut dibedakan dari luar pada: (1) rutenium merah mantel berbulu positif (25 nm tebal), (2) triple-lapis membran sel (5-6 nm), (3) leaflet luar dan dalam sel rickettsial -dinding (7-8 nm dan 2-2.5 nm, masing-masing), (4) periplasmic ruang (15-20 nm), (5) membran sitoplasma triple-layered rickettsial (5-6 nm).
2.4.2   Klasifikasi
Kingdom    : Bacteria
Phylum       : Proteobacteria
Class           : Alpha Proteobacteria
Order          : Rickettsiales
Family         : Rickettsiaceae
Genus         : Rickettsia (Orientia)
Species        : Rickettsia tsutsugamushi
2.4.3   Patogenesis
        Infeksi terjadi ketika seorang pria sengaja mengambil sebuah infective larval mite while walking, sitting, or lying on infektif larva tungau saat berjalan, duduk, atau berbaring di infested ground.The adult mites have a four-stage lifecycle: terinfestasi tungau dewasa ground. Rickettsia tsutsugamushi memiliki siklus hidup empat tahap: egg, larva, nymph and adult. telur, larva, nimfa dan dewasa. The larva is the only stage Larva adalah tahap hanya (chigger) that can transmit the disease to humans and oth(Chigger) yang dapat menularkan penyakit ke manusia dan lainnya vertebrates, since the other life stages (nymph and adult)vertebrata, karena tahap kehidupan lainnya (anakan dan dewasa)do not feed on vertebrate animals. tidak memberi makan pada hewan vertebrata. Both the nymph and the Baik nimfa danadult are free-living in the soil (6,7). dewasa yang hidup bebas dalam tanah
2.4.4   Patologi
        Rickettsia tsutsugamushi  berkembang biak di dalam sel endotel pembuluh darah kecil. Sel membengkak dan mengalami nekrosis, kemudianterjadi thrombosis pembuluh darah yang dapat mengakibatkan rupture dan nekrosis. Di kulit Nampak adanya lesi vaskuler. Vaskulitis terjadi pada beberapa organ merupakan dasar terjadinya gangguan hemostatik. Dalam jaringan otak dapatditemukan penumpukan limfosit.
2.4.5   Gambaran Klinik
        Penyakit typhus scrub ini secara klinis mirip dengan tipus endemik. Salah satu gambarannya adalah eschar, the punched-out ilcer yang ditutupi dengan kulit yang menghitam yang mengindikasikan lokasi dari gigitan tungau. Generalisasi dari limfadenopati dan limfosit banyak ditemui. Eschar yang terbatas juga dapat terjadi pada kolompok demam bercak. Keterlibatan kardiak dan serebal mungkin membuat penyakit ini menjadi parah.
2.4.6   Uji Lab Diagnostik
        Prosedur diagnostik yang melibatkan isolasi sebenarnya rickettsiae dari darah atau jaringan tubuh lainnya biasanya mahal, memakan waktu, dan berbahaya bagi pekerja laboratorium. Akibatnya, beberapa jenis tes yang dikenal sebagai serologi (imunologi) tes digunakan secara luas untuk mengkonfirmasi diagnosis klinis di laboratorium.
        Mengembangkan antibodi spesifik dalam tubuh sebagai respon terhadap infeksi. Pengembangan antibodi selama periode pemulihan menunjukkan bahwa respon imun hadir. Pembentukan antibodi adalah prinsip dasar dari tes serologis. Tiga tes yang berbeda tersedia untuk mendiagnosis infeksi riketsia. Yang paling banyak digunakan adalah tes Weil-Felix. Tes ini didasarkan pada kenyataan bahwa beberapa antibodi yang terbentuk dalam tubuh selama infeksi riketsia dapat bereaksi dengan strain tertentu (OX-2 dan OX-19) dari bakteri Proteus dan menyebabkan mereka untuk rumpun (mengaglutinasi). Penggumpalan ini mudah dilihat di bawah mikroskop. Tes Weil-Felix mudah dan murah untuk melakukan, dengan hasil yang banyak digunakan. Tes WeilFelix, bagaimanapun, tidak sangat spesifik. Selain itu, penggumpalan tidak terdeteksi sampai minggu kedua dari penyakit, yang membatasi kegunaan tes di diagnosis dini.
        Tes kedua dikenal sebagai tes fiksasi komplemen (CF) didasarkan pada prinsip bahwa jika antibodi yang terbentuk dalam tubuh sebagai respon terhadap penyakit, maka antigen dan antibodi akan membentuk kompleks. Ini kompleks antigen-antibodi memiliki kemampuan untuk menonaktifkan, atau memperbaiki, protein yang ditemukan dalam serum darah (komplemen serum). Fiksasi komplemen serum dapat diukur dengan menggunakan tes biokimia standar dan menegaskan kehadiran antibodi. Tes ketiga yang dikenal sebagai tes antibodi fluoresen menggunakan tag neon yang melekat pada antibodi untuk deteksi mudah. Tes ini telah dikembangkan dengan menggunakan tiga strain Rickettsia tsutsugamushi dan telah terbukti menjadi yang paling spesifik untuk diagnosis.
2.4.7   Resistensi dan Imunitas
        Semua orang rentan terhadap penyakit typhus scrub yang disebabkan oleh rickettsia tsutsugamusi ini, seseorang yang terserang penyakit ini akan kebal dalam waktu yang cukup panjang terhadap strain homolog dari rickettsia tsutsugamushi dan hanya menimbulkan kekebalan sementara terhadap strain heterolog. Infeksi oleh strain heterolog dalam beberapa bulan akan menimbulkan penyakit yang ringan, namun setahun kemudian akan muncul penyakit yang khas. Serangan kedua dan ketiga terhadap mereka yang tingal di daerah endemis dapat terjadi secara alamiah pada orang-orang yang tinggal di daerah endemis, biasanya penyakit yang ditimbulkan sangat ringan bahkan tanpa gejala. Atau serangan kedua dan ketiga dapat terjadi pada mereka yang pernah terinfeksi namun tidak mendapatkan pengobatan dengan sempurna. Pada berbagai percobaan yang dilakukan belum ditemukan jenis vaksin yang efektif.
2.4.8   Penyakit pada Manusia
        Tifus scrub adalah penyakit menular yang ditularkan ke manusia dari tikus ladang dan tikus melalui gigitan tungau yang hidup pada hewan. Gejala utama penyakit ini adalah demam, luka pada tempat gigitan, ruam terlihat di bagasi, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
        Tifus scrub juga dikenal sebagai penyakit tsutsugamushi. Para tsutsugamushi namanya berasal dari dua kata Jepang: tsutsuga, yang berarti sesuatu yang kecil dan berbahaya, dan Mushi, yang berarti makhluk. Infeksi ini disebut scrub tipus karena umumnya terjadi setelah terpapar daerah dengan sekunder (scrub) vegetasi. Baru-baru ini menemukan, bagaimanapun, bahwa penyakit juga bisa menjadi lazim di berbagai bidang seperti pantai berpasir, padang pasir gunung, dan hutan hujan khatulistiwa. Oleh karena itu telah disarankan bahwa nama-nama tifus miteborne, atau chigger-ditanggung tifus, lebih sesuai. Karena penyakit ini terbatas pada bagian timur dan tenggara Asia, India, Australia utara dan pulau-pulau yang berdekatan, juga sering disebut sebagai tifus tropis.
        Terjadinya musiman tifus scrub bervariasi dengan iklim di berbagai negara. Hal ini terjadi lebih sering selama musim hujan. Daerah tertentu seperti pembukaan hutan, pinggiran sungai, dan daerah berumput memberikan kondisi optimal untuk tungau yang terinfeksi untuk berkembang. Daerah-daerah geografis kecil daerah berisiko tinggi bagi manusia dan telah disebut-scrub tipus pulau.
2.4.9   Pengobatan
        Tetrasiklin dosis tunggal (loading dose), diikuti dengan dosis
terbagi setiap hari sampai dengan penderita tidak demam lagi (rata-rata selama 30
jam). Kloramfenikol juga cukup efektif dan hanya diberikan jika ada indikasi
kontra pemberian tetrasiklin (lihat seksi I, 9B7 diatas). Jika pengobatan baru
dimulai 3 hari setelah sakit maka kemungkinan kambuh kembali besar sekali
kecuali jika diberikan segera dosis kedua dengan interval 6 hari. Di Malaysia
pemberian doxycycline dosis tunggal (5 mg/kg/BB) cukup efektif jika diberikan
pada hari ke tujuh, sedangkan di Pulau Pescadores (Taiwan) diberikan pada hari ke
lima. Jika dosis kedua ini diberikan lebih awal dari lima hari diperkirakan dapat
terjadi relaps. Azithromycin berhasil baik digunakan pada penderita yang sedang
hamil. Antibiotik tidak membebaskan tubuh dari rickettsia, tetapi mereka menekan laju pertumbuhannya. Pemulihan tergantung pada mekanisme kekebalan pasien.
2.4.10    Epidemiologi, Pencegahan, dan Pengendalian
        Rickettsia tsutsugamushi memiliki reservior pada tungau (mites) yang ada pada tikus. Tungau menularkan infeksi secara transvorial. Terkadang, tungau atau kutu tikus yang terinfeksi menggigit manusia, dan thypus scrub terjadi. Rickettsia bertahan pada siklus tungau-tungau yang terdapat pada vegetasi hutan sekunder yang telah digantikan dengan hutan perawan yang sebagaian wilayah adalah pertanian. Wilayah-wilayah tersebut mungkin menjadi tempat mendekamnya tikus dan tungau trombikulid.
        Penyakit yang disebabkan oleh rickettsia tsutsugamushi ini tersebar di Asia bagian Tengah, Timur dan Tenggara. Kemudian ditemukan tersebar mulai dari Siberia tenggara, Jepang bagian utara sampai pada kewilayah bagian utara Australia dan Vanuatu, palestina bagin barat, lereng Himalaya sampai ketinggian 10.000 kaki dan banyak ditemukan terutama di Thailand bagian utara. Biasanya manusia mendapatkan infeksi dari tempat yang ukurannya relatif sangat kecil bahkan dalam ukuran meter persegi dimana ditempat tersebut rickettsia, vektor dan rodentia hidup berkoeksistensi dengan baik. Tempat yang terbatas tersebut dinamakan “typhus islands”.
        Distribusi penyakit menurut jender sangat dipengaruhi oleh jenis pekerjaan. Orang dewasa yang bekerja pada daerah endemis tifus scrub dan didaerah yang densitas populasi ngengatnya tinggi kemungkinan tertular sangat besar. Misalnya mereka yang bekerja pada pembukaan lahan dihutan, daerah padang pasir yang diirigasi. KLB tifus dapat terjadi apabila mereka yang rentan masuk kedaerah endemis, terutama pada waktu dilakukan operasi militer, 20 – 50% dari mereka akan terinfeksi dalam beberpa minggu atau dalam beberapa bulan.
·         Pencegahan:
1)   Hindari kontak dengan ngengat yang terinfeksi dengan upaya profilaktis yaitu dengan mengenakan pakaian dan selimut yang telah diberi mitisida (permethrin dan benzyl benzoate), memakai repelan (diethyltoluamide, Deet®) pada kulit yang tidak tertutup pakaian.
2)   Basmilah ngengat dari tempat-tempat tertentu dengan cara menaburkan bahan kimia dengan komposisi hidrokarbon klorida seperti lindane, dieldrin atau chlordane ditanah serta vegetasi disekitar tenda perkemahan, bangunan
dipertambangan dan disekitar dearah yang dihuni banyak orang didaerah endemis.
3)   Pemberian doxycycline selama 7 minggu dengan dosis tunggal sebanyak 200 mg/minggu yang diberikan kepada sekelompok sukarelawan di Malaysia terbukti cukup efektif untuk mencegah terjadinya infeksi tifus scrub.

·         Pengendalian:
                        Dalam upaya mengatasi wabah, terapkan secara ketat apa yang diuraikan pada  pencegahan pada point 1 dan 2 diatas di daerah terjangkit. Lakukan pengamatan yang ketat terhadap setiap penduduk dengan risiko tinggi, cari mereka yang demam dan yang dengan lesi primer; lakukan pengobatan segera begitu ditemukan ada yang sakit.

2.5    Rickettsia Akari
2.5.1  Morfologi
        Sebuah spesies bakteri gram negatif yang menyebabkan rickettsialpox. Vektor adalah tungau mouse dan waduk adalah tungau dan tikus.Pleomorfik gram negatif bakteri 0,6-1,0 pM, intraseluler. spesies bakteri menyebabkan rickettsialpox manusia; ditularkan oleh kutu tikus rumah, Liponyssoides sanguineus, sebuah penyakit demam ringan 7-10 haridiproduksi dengan distribusi perkotaan di Amerika Serikat timur laut dan pada hewan pengerat liar atau komensal di negara-negara di bagian timur Rusia dan di beberapa negara Asia Tengah, dan Afrika.


2.5.2   Klasifikasi
Domain:
Phylum:
Class:
Order:
Family:
Genus:
Species:
R. acari
à gambar R.akari
2.5.3   Patogenesis
        Rickettsia akari mempunyai vektor berupa tungau penghisap darah dari spesies Allodermanyssus sanguineus. Tungau ini dapat ditemukan pada tikus (Mus musculus) yang tertangkap di rumah-rumah apartemen di Amerika Serikat, tempat terjadinya rickettsialpox. Penyebaran rickettsia secara transivarial terjadi pada tungau. Jadi, tungau dapat berperan sebagai sumber sebenarnya dan juga sebagai vektor. R. akari juga telah diisolasi di Korea. Infeksi dimanifestasikan oleh lesi kulit awal di lokasi gigitan tungau, terkait dengan limfadenopati, demam, berkeringat, sakit kepala, ruam vesikuler disebarluaskan; mungkin bingung dengan cacar air, kematian jarang terjadi.
2.5.4   Patologi
        R.Akari adalah obligat intraseluler gram negatif coccobacillus. Vektor adalah tungau berwarna Liponysoides sanguineus (sebelumnya Allodermanyssus sanguineus), yang ditemukan pada tikus (paling sering tikus rumah [Mus musculus]) dan hewan pengerat lainnya. Host ini berfungsi sebagai reservoir untuk penyakit ini. Sebuah sanguineus akan menggigit manusia ketika host murine langka. Sekitar 7-10 hari setelah gigitan menyakitkan, lesi kulit papula muncul di  lokasi gigitan dan menjadi vesikular dengan daerah sekitar eritema. Sebuah eschar terbentuk dan pelan-pelan sembuh. Tentang 3-7 hari setelah lesi kulit berkembang awal,pasien tiba-tiba dapat mengembangkan demam tinggi, menggigil, sakit kepala, dan mialgia dengan perkembangan selanjutnya ruam papulo vesikular umumnya jarang.
2.5.5 Gambaran Klinik
        Rickettsialpox adalah penyakit yang ringan dengan ruam yang mirip varisela. Kira-kira seminggu sebelum demam timbul, suatu papula kemerahan yang tegas dan timbul pada tempat gigitan tungau dan berkembang menjadi vesikel yang berakar dalam,yang selanjutnya membentuk “eschar” hitam
2.5.6 Uji Lab Diagnostik
        Spesimen serum yang diperoleh selama tahap akut penyakit dan beberapa minggu setelah dievaluasi untuk antibodi IgG reaktif dengan R. Akari dengan menggunakan antibodi immunofluorescence tidak langsung assay.23 suspensi Antigen dibuat dari R. Akari (Hartford strain) tumbuh dalam kuning telur ayam kantung dan dimurnikan dengan kombinasi keseimbangan viskositas gradien centrifugation.24 titer antibodi diinterpretasikan sebagai kebalikan dari pengenceran terakhir dari sampel serum menunjukkan reaktivitas dengan kambing isotiosianat-terkonjugasi fluorescein anti-IgG manusia (γ-spesifik) pada pengenceran 1: 150.
2.5.7 Penyakit pada Manusia
        Rickettsialpox adalah Suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang ditemukan pada keluarga Rickettsia (Rickettsia akari). Bakteri mula-mula ditemukan pada tikus-tikus dan sedikit yang menyebabkan tikus tersebut terinfeksi. Manusia akan terkena Rickettsialpox jika tergigit Rickettsia, bukan dari tikus. Gejala yang pertama adalah suatu bengkak yang dibentuk oleh gigitan, secara cepat menghasilkan suatu bengkak hitam yang keras. Banyak dari gejala adalah demam termasuk seperti influenza, rasa dingin, lemah dan otot sakit tetapi gejala yang paling membedakan adalah ruam yang terjadi tiba-tiab, memutar yang terkena infeksi kemudian menyebar ke keseluruhan badan manusia tersebut. Rickettsialpox biasanya lembut dan di sana adalah tidak (ada) kematian dikenal sebagai hasil penyakit. wilayah perkotaan di (dalam) Hunian itu ( yang (mana) secara khas mengalami binatang pengerat permasalahan) sudahkah suatu yang lebih tinggi resiko [mengontrak/memendekkan] Rickettsialpox
2.5.8 Pengobatan
        Tetrasiklin dan khloramfenikol adalah pengobatan yang efektif bila diberikan dini. Tetrasiklin 2-3g, atau khloramfenikol 1,5-2 g,diberikan melalui mulut setiap hari dan dilanjutkan selama 3-4 hari setelah suhu normal. Pada penderita sakit berat, dosis permulaan dapat diberikan secara intravena.
        Sulfonamida memperberat penyakit dan merupakan kontradikasi. Antibiotika tidak membebaskan tubuh dari rickettsia, tetapi dapat menekan pertumbuhan tergantung pada mekanisme kekebalan penderita.
2.5.9    Epidemiologi, Pencegahan dan Pengendalian
·         Epidemiologi
Rickettsia akari mempunyai vektor berupa tungau yang menghisap darah dari spesies. Allodermanyssus sanguineus. Tungau ini dapat ditemukan pada tikus (Mus musculus) yang tertangkap di rumah-rumah apartemen di Amerika Serikat, di mana terjadi “rickettsiapox”. Penyebarn transovarial rickettsia terjadi pada tungau. Tungau dapat berperan sebagai sumber sebenarnya dan vektor. R.akari juga telah di isolasi di korea.

·         Pencegahan dan Pengendalian
Tentraskilin dan loramfenikol dapat mempercepat pemulihan. Tindakan ditujukan untuk mengontrol populasi tikus membantu mencegah penyakit.

















BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Rickettsia, Jasad renik yang paling kecil kedua setelah virus. Mirip dengan virus karena tidak mandiri, rickettsia membutuhkan sel hidup lain untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya, tetapi berbeda dengan virus jasad renik dalam golongan ini sudah mempunyai membran sel, enzim2 dan menggunakan oksigen dalam kehidupannya. Juga berbeda dengan virus, rickettsia dapat dibunuh dengan antibiotika yang tepat. Rickettsia, Jasad renik yang paling kecil kedua setelah virus. Mirip dengan virus karena tidak mandiri, rickettsia membutuhkan sel hidup lain untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya, tetapi berbeda dengan virus jasad renik dalam golongan ini sudah mempunyai membran sel, enzim2 dan menggunakan oksigen dalam kehidupannya. Juga berbeda dengan virus, rickettsia dapat dibunuh dengan antibiotika yang tepat

3.2    Saran

     Diharapkan mahasiswa bisa memahami dan mengerti tentang Ricckettsia, dan klasifikasinya. Serta diharapkan mahasiswa bisa mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan dari makalah ini.












DAFTAR PUSTAKA


http://mikrobia2.files.wordpress.com/2008/05/rickettsia-typhi-new.pdf